Link Collider - Best SEO Booster

Tuesday, May 27, 2014

RESESI dan KRISIS KEUANGAN GLOBAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
         Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang dihadapi Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang sistem ekonomi dunia merosot drastis. Ini menyebabkan gejolak besar bagi kehidupan ekonomi seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Akibat langsungnya adalah meledaknya harga kebutuhan pokok di Indonesia. Yang mana sebelumnya saja sudah menjepit dompet masyarakat dan kini semakin menekan sektor-sektor usaha yang menyediakan kebutuhan tersebut. Misalnya: Petani yang menyediakan sayur mayur kini kesulitan dalam mencari pupuk yang murah, padi menjadi kurang subur dan pasokan yang terbatas membuat harga beras melonjak. Ini adalah satu dari ribuan keluhan masyarakat dalam merasakan dampak buruk dari krisis global ini. Sehingga tema “Krisis Ekonomi Global” ini sangat cocok untuk menjadi bahan diskusi bagi mahasiswa karena mahasiswa juga mengalami dilema ini dalam hidupnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RESESI
Dalam ekonomi makro, Resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. 
Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut “Depresi Ekonomi”. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse). Kolumnis Sidney J.Harris membedakan istilah-istilah atas dengan cara ini: “sebuah resesi adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan, depresi adalah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan.”
Tidak ada yang menyangka bahwa krisis kredit macet perumahan (Subprime Mortgage) di Amerika Serikat (AS) membawa dampak pada perekonomian yang berlanjut sampai sekarang. Pada dasarnya, krisis kredit macet perumahan berawal dari sikap perbankan yang sangat gencar menyalurkan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). 
Namun, saking gencarnya, perbankan tidak lagi memperhatikan kemampuan membayar kembali (repayment) konsumen dalam penyaluran kreditnya. Padahal, sebenarnya banyak konsumen KPR yang tidak layak menerima kredit karena terganjal oleh asas prudensial perbankan, baik menyangkut kemampuan finansial maupun rekam jejak konsumen yang buruk. Perbankan hanya memperhitungkan banyaknya konsumen yang bisa dikucuri kredit, sebab tinggi rendahnya jumlah konsumen dan transaksi menjadi batu loncatan untuk meraup keuntungan di pasar sekuritas. Nantinya-pun, surat perjanjian kredit rumah (hipotek) akan digunakan oleh bank sebagai jaminan untuk menerbitkan dan memperdagangkan sekuritas di pasar sebagai instrumen investasi.
Jumlah penyaluran KPR di AS sangatlah fantastis dan meningkat dari tahun ke tahun. Dari hanya USD 200 miliar pada 2001 menjadi USD 600 miliar pada 2005. Akibatnya, saat terjadi kredit macet secara besar-besaran, perbankan mengalami krisis likuiditas. Sejumlah bank besar merugi karena likuiditas yang berjumlah besar tidak kembali dan investor di pasar sekuriti mengalami kerugian besar dengan jatuhnya harga sekuriti. Sehingga tidak hanya sekitar 6 juta penduduk AS yang terancam kehilangan rumah, tapi juga investor dan perbankan yang sudah pasti mengalami kerugian.
Untuk mengatasi kerugian ini bank menaikkan suku bunga pengembalian kreditnya, hal ini tentunya berpengaruh pada kelompok yang dirugikan sebagai akibat tidak langsung dari perbankan. Kelompok ini ialah masyarakat umum yang membeli barang-barang produksi dari pinjaman uang bank sebagai kelompok ke-3. Kenapa?
Sebabnya ialah karena peminjam uang bank itu terpaksa menaikkan harga unit produksinya sebesar bunga uang yang harus dibayar kepada bank. Sekiranya kenaikan harga itu tidak dilakukan maka pembayaran bunga uang bank tidak mungkin terpenuhi.Akibatnya rakyat umum terpaksa membeli barang-barang lebih mahal, dan hal ini menimbulkan inflasi tak terkendali, juga disebut resesi ekonomi waktu mana biasanya pemerintah melakukan tindakan moneter yang nyatanya merugikam mayoritas penduduk. Tindakan moneter demikian perlu terlaksana agar roda pemerintahan negara berjalan terus.
Tampaknya, fenomena tersebut yang menjadi penyebab resesi ekonomi AS. Namun, tentu tidak menafikan pengeluaran besar-besaran pemerintah AS dalam perang Irak yang memperbesar defisit anggaran sebagai penyebab resesi. Dalam kalkulasi ekonom Stiglitz, perang Irak telah menghabiskan biaya sebesar USD 3 triliun. Angka yang fantastis. Padahal, dana sejumlah ini bisa digunakan untuk menstimulus perekonomian AS, bila sewaktu-waktu mengalami perlambatan ekonomi seperti sekarang.
Perang Irak pula yang menjadi salah satu pemicu melonjaknya harga minyak mentah dunia yang sempat mencapai 100 dolar AS per barel. Lonjakan harga ini telah membawa bencana ekonomi luar biasa bagi perekonomian dunia, khususnya pada negara-negara net importer. Amerika sebagai konsumen minyak bumi terbesar dunia dan dominan, punya bargaining position untuk menentukan harga pasar. Jadi keadaan ekonomi amerika sangat berpengaruh terhadap penentuan harga pasaran minyak dunia. Resesi ekonomi nampaknya sudah tak terbendung lagi, karena situasi serupa juga dialami negara-negara besar lainnya di Eropa dan Asia.
DAMPAK RESESI DI AMERIKA
Amerika Serikat (AS) ialah negara terbesar ekonominya di dunia. AS juga menghasilkan sekitar 28 % dari total pendapatan dunia. Ekspor AS diperhitungkan mengambil porsi sekitar 10 % dari total ekspor dunia, dan impornya sekitar 16 % dari total impor dunia. Dengan kata lain, jika ekspor-impor AS merosot, maka ekspor-impor dunia pun akan terganggu. AS menguasai lebih dari seperempat daya beli dunia. Jadi ketika daya beli masyarakat AS, yang porsinya 28 % turun akibat resesi, maka banyak negara lain akan ikut menanggung dampak resesi yang terjadi dinegara itu.
Adapun negara mitra dagang (ekspor-impor) AS yang paling menonjol ialah Kanada, Meksiko, Jepang, China, Inggris dan Jerman. Negara-negara mitra utama AS tersebut merupakan negara yang menghasilkan PDB lebih dari seperempat produksi dunia. Artinya, kalau digabung dengan ekonomi AS, maka hampir dua pertiga ekonomi dunia terancam resesi AS. Dilihat secara umum, kondisi perekonomian Amerika Serikat sangat penting bagi banyak perusahaan besar karena Amerika adalah salah satu pasar ekspor terbesar dunia. Melesunya permintaan kemungkinan besar akan mempengaruhi pertumbuhan keuntungan perusahaan, dan mendorong harga saham semakin turun, kata para pengamat pasar. Impor AS berkurang, karena konsumsi masyarakat berkurang. Sehingga pendapatan negara-negara eksportir ke AS, juga akan berkurang. Padahal pendapatan ekspor merupakan salah satu komponen pertumbuhan ekonomi.
Negara selain AS, termasuk Indonesia hanya bisa menghindari atau mengurangi dampak negatif pada perekonomiannya dan sama sekali tidak bisa mengobati resesi tersebut. Bila resesi berkepanjangan niscaya membuat ekonomi dunia ikut resesi. Jatuhnya nilai dolar AS akan mengakibatkan lambannya perekonomian yang membuat ekspor negara-negara Eropa turun.
Di sisi lain perekonomian Jepang masih tersokong karena ekspornya ke Cina. Didalam negaranya sendiri, banyak warga Amerika yang menjadi kesulitan membayar cicilan kredit perumahan yang kini naik. Pada saat yang sama, sejumlah bank baik di Amerika maupun di Negara lain menjadi lebih hati-hati dalam memberikan kredit pinjaman karena mereka telah kehilangan miliaran dollar pada investasi yang terkait dengan pasar perumahan dan kredit perumahan. Penurunan yang drastis dialami bursa efek Cina, Filipina, India, Korea Selatan dan Taiwan. Hal ini juga mengakibatkan mahalnya komoditi pangan di sebagian besar Negara-negara dunia, Mahalnya harga makanan akan maenyebabkan krisis pangan. Sekitar 6,3 miliar penduduk dunia dihadapkan pada persoalan ketahanan pangan, dari jumlah itu 800 juta orang yang didominasi anak-anak tidak bisa tidur nyenyak karena kurang makan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa resesi yang menimpa AS akan berpengaruh luas terhadap ekonomi dunia.
B. PENGERTIAN KRISIS EKONOMI GLOBAL 
Amerika Serikat (AS) ialah negara terbesar ekonominya di dunia. AS juga menghasilkan sekitar 28 % dari total pendapatan dunia. Ekspor AS diperhitungkan mengambil porsi sekitar 10 % dari total ekspor dunia, dan impornya sekitar 16 % dari total impor dunia. Dengan kata lain, jika ekspor-impor AS merosot, maka ekspor-impor dunia pun akan terganggu. AS menguasai lebih dari seperempat daya beli dunia. Jadi ketika daya beli masyarakat AS, yang porsinya 28 % turun akibat resesi, maka banyak negara lain akan ikut menanggung dampak resesi yang terjadi dinegara itu.
Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Ini dapat kita lihat bahwa negara adidaya yang memegang kendali ekonomi pasar dunia yang mengalami keruntuhan besar dari sektor ekonominya. Bencana pasar keuangan akibat rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per satu, tinggal menunggu waktu saja. Bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar.
C. AKIBAT TERJADINYA KRISIS EKONOMI GLOBAL
   Akibat Krisis Ekonomi Global Bagi Luar Negeri 
Pada tahun 1907 krisis perbankan Internasional dimulai di New York, setelah beberapa dekade sebelumnya yakni mulai tahun 1860-1921 terjadi peningkatan hebat jumlah bank di Amerika sampai dengan 19 kali lipat. Selanjutnya, tahun 1920 terjadi depresi ekonomi di Jepang. Kemudian pada tahun 1922 – 1923 German mengalami krisis dengan hyperinflasi yang tinggi. Karena takut mata uang menurun nilainya, gaji dibayar sampai dua kali dalam sehari. Selanjutnya, pada tahun 1927 krisis keuangan melanda Jepang (37 Bank tutup), akibat krisis yang terjadi pada bank-bank Taiwan. Pada tahun 1929 – 1930 The Great Crash (di pasar modal NY) & Great Depression (Kegagalan Perbankan), di US hingga net national product-nya terbangkas lebih dari setengahnya. Selanjutnya, pada tahun 1931 Austria mengalami krisis perbankan, akibatnya kejatuhan perbankan di German, yang kemudian mengakibatkan berfluktuasinya mata uang internasional. Hal ini membuat UK meninggalkan standard emas. Kemudian1944 – 1966 Prancis mengalami hyperinflasi akibat dari kebijakan yang mulai meliberalkan perekonomiannya. Berikutnya, pada tahun 1944 – 1946 Hungaria mengalami hyper inflasi dan krisis moneter. Ini merupakan krisis terburuk eropa. Note issues Hungaria meningkat dari 12000 million (11 digits) hingga 27 digits.
Pada tahun 1945 – 1948 Jerman mengalami hyperinflasi akibat perang dunia kedua. Selanjutnya tahun 1945 – 1955 Krisis Perbankan di Nigeria Akibat pertumbuhan bank yang tidak teregulasi dengan baik pada tahun 1945. Pada saat yang sama, Perancis mengalami hyperinflasi sejak tahun 1944 sampai 1966. Pada tahun (1950-1972) ekonomi dunia terasa lebih stabil sementara, karena pada periode ini tidak terjadi krisis untuk masa tertentu. Hal ini disebabkan karena Bretton Woods Agreements, yang mengeluarkan regulasi di sektor moneter relatif lebih ketat (Fixed Exchange Rate Regime). Disamping itu IMF memainkan perannya dalam mengatasi anomali-anomali keuangan di dunia. Jadi regulasi khususnya di perbankan dan umumnya di sektor keuangan, serta penerapan rezim nilai tukar yang stabil membuat sektor keuangan dunia (untuk sementara) "tenang". Namun ketika tahun 1971 Kesepakatan Breton Woods runtuh (collapsed). Pada hakikatnya perjanjian ini runtuh akibat sistem dengan mekanisme bunganya tak dapat dibendung untuk tetap mempertahankan rezim nilai tukar yang fixed exchange rate. Selanjutnya pada tahun 1971-1973 terjadi kesepakatan Smithsonian (di mana saat itu nilai 1 Ons emas = 38 USD). Pada fase ini dicoba untuk menenangkan kembali sektor keuangan dengan perjanjian baru. Namun hanya bertahan 2-3 tahun saja. Pada tahun 1973 Amerika meninggalkan standar emas. Akibat hukum "uang buruk (foreign exchange) menggantikan uang bagus (dollar yang di-back-up dengan emas)-(Gresham Law)". Pada tahun 1973 dan sesudahnya mengglobalnya aktifitas spekulasi sebagai dinamika baru di pasar moneter konvensional akibat penerapan floating exchange rate sistem. Periode Spekulasi; di pasar modal, uang, obligasi dan derivative. Maka tak aneh jika pada tahun 1973 – 1874 krisis perbankan kedua di Inggris, akibat Bank of England meningkatkan kompetisi pada supply of credit. 
Pada tahun 1974 Krisis pada Eurodollar Market; akibat west German Bankhaus ID Herstatt gagal mengantisipasi international crisis. Selanjutnya tahun 1978-1980 Deep recession di negara-negara industri akibat boikot minyak oleh OPEC, yang kemudian membuat melambung tingginya interest rate negara-negara industri. Selanjutnya sejarah mencatat bahwa pada tahun 1980 krisis dunia ketiga, banyaknya hutang dari negara dunia ketiga disebabkan oleh oil booming pada th 1974, tapi ketika negara maju meningkatkan interest rate untuk menekan inflasi, hutang negara ketiga meningkat melebihi kemampuan bayarnya. Pada tahun 1980 itulah terjadi krisis hutang di Polandia, akibat terpengaruh dampak negatif dari krisis hutang dunia ketiga. Banyak bank di Eropa Barat yang menarik dananya dari bank di Eropa Timur. Pada saat yang hampir bersamaan yakni di tahun 1982 terjadi krisis hutang di Mexico, disebabkan outflow kapital yang massive ke US, kemudian di-treatments dengan hutang dari US, IMF, BIS. Krisis ini juga menarik Argentina, Brazil dan Venezuela untuk masuk dalam lingkaran krisis.
Perkembangan berikutnya, pada tahun 1987 The Great Crash (Stock Exchange), 16 Oct 1987 di pasar modal US & UK. Mengakibatkan otoritas moneter dunia meningkatkan money supply. Selanjutnya pada tahun 1994 terjadi krisis keuangan di Mexico, kembali akibat kebijakan finansial yang tidak tepat. Pada tahun 1997-2002 krisis keuangan melanda Asia Tenggara, krisis yang dimulai di Thailand, Malaysia kemudian Indonesia, akibat kebijakan hutang yang tidak transparan. Krisis Keuangan di Korea, memiliki sebab yang sama dengan Asteng. 
Kemudian, pada tahun 1998 terjadi krisis keuangan di Rusia, dengan jatuhnya nilai Rubel Rusia (akibat spekulasi) Selanjutnya krisis keuangan melanda Brazil di tahun 1998. Pada saat yang hampir bersamaan krisis keuangan melanda Argentina di tahun 1999. Terakhir, pada tahun 2007 hingga saat ini, krisis keuangan melanda Amerika Serikat. Dari data dan fakta historis tersebut terlihat bahwa dunia tidak pernah sepi dari krisis yang sangat membayakan kehidupan ekonomi umat manusia di muka bumi ini.

Akibat Krisis Ekonomi Global Bagi Dalam Negeri
Resesi ekonomi yang kini melanda AS, juga gejolak keuangan di beberapa belahan dunia, tak boleh dipandang remeh. Pemerintah harus waspada dan antisipatif, karena resesi ekonomi AS kemungkinan semakin parah sehingga bisa berdampak hebat terhadap kehidupan ekonomi di dalam negeri. Di sisi lain, sektor keuangan di beberapa belahan dunia yang lain kini juga bergejolak dan potensial berimbas ke mana-mana, termasuk ke Indonesia.
Eropa Timur dan Amerika Latin sebenarnya pernah mengalami krisis ekonomi dan keuangan. Namun, saat itu krisis tersebut lebih karena pengaruh pergolakan politik di masing-masing negara. Tapi kini krisis ekonomi di kedua kawasan amat potensial karena bubble di sektor keuangan sudah amat berlebihan. Artinya, bubble tersebut hampir pasti segera pecah. Celakanya, kalau negara-negara berkembang yang terkena krisis ekonomi, lembaga-lembaga keuangan internasional cenderung lepas tangan. Akibatnya, krisis yang terjadi bisa sangat parah dan potensial mengimbas ke wilayah lain.
Warung-warung di pelosok Jakarta kini bertumbangan ke jurang kebangkrutan. Itu sebagai bukti bahwa rakyat kebanyakan sudah tak berbelanja lagi. Sementara lapisan atas justru berbelanja keperluan sehari-hari ke pasar-pasar modern milik pengusaha besar. Ini menyebabkan kepailitan raksasa bagi dunia bisnis. Saat ini dampak resesi ekonomi global yang paling dirasakan adalah pada masyarakat menengah ke atas, terlebih mereka yang bermain saham, valuta asing dan investasi emas.
Dari pantauan media di sejumlah pasar di tanah air, sejak BEJ melakukan suspend pada Jum’at (10/10) kemarin, harga bahan-bahan pangan mulai merangkak naik. Jika sudah begini, masyarakat bawah yang paling merasakan dampaknya. Walau beberapa kebutuhan pokok, seperti harga beras masih bertahan yakni untuk jenis IR 64 berkisar; Rp 6.000/kg, beras kuku balam super; Rp 7.000/ kg, minyak goreng; Rp 8.000/kg dan gula pasir Rp 6.000/kg relatif stabil. Demikian juga dengah harga ayam kampung yang tetap di harga Rp 40.000/kg dan telur bebek Rp 1.300 – Rp 1.400 per butir. Namun, tak ada jaminan harga-harga kebutuhan pokok ini tidak akan merangkak naik. 
Sedangkan harga bahan pangan lainnya seperti daging lembu yang sempat bertengger di posisi Rp 60.000 – Rp 65.000/kg, turun menjadi Rp 45.000/kg. Sedangkan harga-harga yang mulai naik, antara lain: ayam potong yang beberapa waktu lalu Rp22.000/kg, kini menjadi Rp 25.000/kg. Telur ayam potong yang kemarin sempat Rp 800 – Rp 850/butir, kini naik, Rp 2.000/butir. Harga sayur mayur seperti cabai merah Rp 20.000/kg, naik menjadi Rp 30.000/kg. Adapun bawang merah Rp 9.000 naik menjadi Rp 10.000/kg; tomat naik ke posisi Rp 6.000 per kg dari Rp 5.000/kg.
Selain itu, kenaikan harga bahan baku di sektor properti akibat pengaruh krisis ekonomi global, sangat mungkin terjadi. Seperti di kutip dari Antara.co.id, Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah, Adib Adjiputra, di Solo, beberapa waktu lalu mengatakan, harga bahan baku yang diproduksi di dalam negeri maupun luar negeri, berpotensi terpengaruh oleh krisis ekonomi ini. Harga bahan baku seperti besi, keramik, semen dan sejumlah aksesori rumah lainnya yang berasal dari industri manufaktur, kata dia, sangat rentan mengalami kenaikan.
Kenaikan bahan baku akibat dampak krisis ekonomi ini akan semakin menyulitkan sektor properti, setelah sebelumnya juga diterpa kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Pada sektor properti ini, tipe rumah kelas menengah ke atas yang akan paling besar terkena dampak terjadinya krisis ekonomi ini. Kenaikan tingkat suku bunga pasti akan mengikutinya. Sehingga harga cicilan rumah perbulannya akan naik. Sedangkan untuk rumah kelas menengah ke bawah sedikit tidak berpengaruh karena sebagian sudah disubsidi pemerintah.
D. SEPULUH CARA MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL OLEH PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
  1. Presiden menegaskan 10 langkah yang harus ditempuh semua pihak untuk menghadapi krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS), sehingga tidak berdampak buruk terhadap pembangunan nasional.
  2. - Pertama, Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus terus memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar kepercayaan masyarakat.
  3. - Kedua, pertumbuhan ekonomi sebesar 6% harus terus dipertahankan antara lain dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik.
  4. - Ketiga adalah optimalisasi APBN 2009 untuk terus memacu pertumbuhan dengan tetap memperhatikan `social safety net` dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM. Untuk itu perlu dilakukan efisiensi penggunaan anggaran APBN maupun APBD khususnya untuk peruntukan konsumtif.
  5. - Keempat, ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil dapat bergerak. Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga. Sementara Bank Indonesia dan perbankan nasional harus membangun sistem agar kredit bisa mendorong sektor riil. Di samping itu, masih menurut Kepala Negara, pemerintah akan menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara proporsional.
  6. - Kelima, semua pihak lebih kreatif menangkap peluang di masa krisis antara lain dengan mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan Asia yang tidak secara langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS.
  7. - Keenam, menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat.
  8. - Ketujuh, perlunya penguatan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, Bank Indonesia, dunia perbankan serta sektor swasta.
  9. - Kedelapan, semua kalangan diharapkan untuk menghindari sikap ego-sentris dan memandang remeh masalah yang dihadapi.
  10. - Kesembilan, mengingat tahun 2009 merupakan tahun politik dan tahun pemilu, kaitannya dengan upaya menghadapi krisis keuangan AS adalah memiliki pandangan politik yang non partisan, serta mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan maupun pribadi termasuk dalam kebijakan-kebijakan politik.
  11. - Kesepuluh, Presiden meminta semua pihak melakukan komunikasi yang tepat dan baik pada masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha, serta perbankan, Kepala Negara juga memandang peran pers dalam hal ini sangat penting karena memiliki akses informasi pada masyarakat.

E. STRATEGI MENGHADAPI KRISIS dengan KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 
Negara-negara maju mengembangkan strategi pembangunan untuk mengatasi krisis yang tidak hanya berdampak jangka pendek tetapi juga merupakan strategi yang merupakan ”turning point” dari strategi pembangunan yang lama. Presiden Obama, menggunakan program stimulus pemerintah untuk mendorong berkembangnya ”renewable energy” dengan mengurangi secara signifikan impor fosil fuel dari Timur Tengah. Pemerintah Korea Selatan meluncurkan program penciptaan lapangan kerja baru dengan stimulus ekonomi sebesar 43 triliun won atau setara USD 32,7 milyar selama empat tahun, yang merupakan paket stimulus tambahan yang diluncurkan sebelumnya sebesar 33 triliun Won berupa fasilitas pemotongan pajak. Program ini dikenal sebagai ”green projects” yang merupakan program penciptaan satu juta lapangan kerja baru, terutama pada proyek-proyek lingkungan hidup, seperti konstruksi banunan kantor dan apartemen yang efisien dalam konsumsi energi, pengembangan empat sungai utama, pengembangan otomobil yang ramah lingkungan. Menurut Menteri keuangan Korea, melalui pengembangan inovasi teknologi dan investasi, Korea Selatan akan mampu mengembangkan pasar dan produk baru untuk masa depan, sehingga akan terjamin pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang berkesinambungan. 
Cina mengembangkan program meningkatkan permintaan domestik , penciptaan lapangan kerja, penurunan biaya distribusi dan meningkatkan kualitas produk dan ketersediaan barang di sektor retail pedesaan.Menteri perdagangan Cina menyatakan bahwa, pemerintah akan mengembangkan 150.000 toko pengecer di seluruh pedesaan Cina, dengan menawarkan masyarakat pedesaan akses yang lebih mudah untuk mendapatkan barang konsumsi. Pengembangan gerai eceran tersebut, akan menciptakan 775.000 lapangan kerja baru di pedesaan. Disamping itu pemerintah Cina juga menyediakan subsidi untuk petani agar mampu membeli peralatan elektrik seperti telepon genggam,mesin cuci dan komputer. Sudah menjadi tuntutan Indonesia juga harus menggunakan momentum krisis keuangan dunia ini, untuk melakukan ”turning point” konsep pembangunan. Pertama, harus disadari bahwa ekonomi liberal, yang mengandalkan mekanisme pasar sudah gagal bekerja, sehingga perlu keterlibatan pemerintah yang lebih jauh dalam mengatur perdagangan dan industri yang memihak kepada industri dalam negeri. Kedua spemerintah harus menerapkan ”blanket guarantee” untuk perbankan nasional, sehingga perbankan lebih mempunyai keberanian untuk melakukan ekspansi kredit. Ketiga, pemerintah membrikan kelonggaran pajak yang lebih progressif untuk menarik investasi, bahkan sampai ke ”tax holiday”. Keempat, meyiapkan program pengembangan daerah, yang memanfaatkan teknologi berkelanjutan (sustainable technology) seperti energi terbarukan (renewable energy) dan bioteknologi(biotechnology).Kelima, meningkatkan bantuan Program Nasional Pengembangan Masyarakat mandiri (PNPM), dengan memberi toleransi defisit APBN-P mencapai 3,5% PDB.


BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
         
Setelah membaca makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a.       Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia
b.      Krisis ekonomi Global terjadi karena permasalahan ekonomi pasar di sluruh dunia yang tidak dapat dielakkan karena kebangkrutan maupun adanya situasi ekonomi yang carut marut.
c.       Sektor yang terkena imbasan Krisis Ekonomi Global adalah seluruh sektor bidang kehidupan. Namun yang paling tampak gejalanya adalah sektor bidang ekonomi dari terkecil hingga yang terbesar.
d.      Cara mengatasi permasalah Krisis ekonomi bagi masyarakat adalah lebih selektif dalam memenuhi kebutuhan dan bersikap kooperatif bersama pemerintah dan sebaliknya dari pemerintah untuk lebih sigap dalam situasi masyarakat.
e.       Sebagai mahasiswa kita harus kritis dan menanggapi dengan cepat permasalahan kehidupan yang terjadi saat ini khususnya krisis ekonomi global ini. Paling tidak dari hal kecil, sehingga untuk hal besar kita akan lebih siap menghadapinya.

B.     SARAN
         Kepada masyarakat untuk tetap bersabar terhadap situasi permasalahan kita ini dan mempercayakan segala sesuatu kepada pemerintah. Dan dimulai dari pribadi dan diri sendiri, untuk mengikuti saran yang telah dituliskan di atas. Dan bagi para mahasiswa untuk menjadi lebih kritis. Semoga makalah ini menjadi kajian yang baik meskipun masih terdapat kekurangan. Atas perhatian dari seluruh pihak, kami ucapkan terima kasih.
         
DAFTAR PUSTAKA


  • Kuncoro, Mudrajad(2008), “Antisipasi Resesi dan Gejolak Ekonomi Global”,Majalah GATRA,No.12 Tahun XIV, 31 Januari-06 Februari 2008.
  • http://www.opensubscriber.com/message/motivasi@yahoogroups.com/10510614.html
  • http://kompas.co.id/read/xml/2008/10/02/23553141/kekhawatiran.krisis.ekonomi.global.benamkan.saham.dunia
  • http://www.syaldi.web.id/2008/02/gerakan-mahasiswa-indonesia-tahun-1998-sebuah-proses-perubahan-sosial/
  • http://borneo-tribune.net/2008/11/01/dampak-krisis-ekonomi-global-sawit-aman-karet-tak-aman/
  • http://kwikkiangie.com/v1/2011/03/krisis-keuangan-global-artikel-/


No comments:

Post a Comment